Ancaman Penyakit Kawasaki

Mengancam Jantung Anak

kesehatan aanakPada tahun 1967, dokter Tomisaku Kawasaki menemukan penyakit misterius yang menyerang anak-anak Jepang. Diawali demam tinggi, penyakit yang sampai sekarang belum diketahui penyebabnya ini bisa merusak pembuluh arteri jantung hingga berujung pada kematian.

Meski kasusnya pertama kali ditemukan di Jepang, bukan berarti negara lain di dunia, termasuk Indonesia, bebas dari penyakit kawasaki. Menurut dokter ahli jantung anak, Najib Advani, yang mendalami penyakit kawasaki, penyakit tidak menular ini banyak menyerang orang dari ras Mongolia, seperti Jepang, China, dan Korea.

Di Amerika dan negara-negara Eropa, umumnya yang terkena kawasaki juga keturunan Jepang, China, atau Korea. ”Pasien saya 60 persen merupakan etnis Tionghoa dan sisanya dari berbagai macam etnis,” kata Najib. Sebanyak 80 persen kasus kawasaki terjadi pada anak balita, terutama yang berusia 1-2 tahun, usia paling rentan terkena kawasaki.

Najib memperkirakan, di Indonesia ada 5.000 kasus kawasaki per tahun. Namun, yang terdiagnosis baru sekitar 200 kasus. Sisanya tidak terdeteksi diduga karena terdiagnosis sebagai kasus lain. Penyakit kawasaki bisa diobati dan pasien bisa sembuh total jika tidak terlambat ditangani.

Idealnya, menurut Najib, pengobatan kawasaki dilakukan 5-7 hari sejak demam pertama muncul. ”Toleransi maksimal sampai hari ke-10. Kalau terlambat, bisa merusak arteri jantung,” kata Najib. Pemeriksaan darah bisa dilakukan untuk mendukung diagnosis kawasaki.

Pengobatan utama dilakukan dengan memberikan obat imunoglobulin. Namun, obat untuk meredakan peradangan ini sangat mahal, sekitar Rp 1,2 juta per gram. Padahal, pengobatan memerlukan 2 gram per kilogram berat badan anak. Anak dengan berat badan 20 kg bisa menghabiskan biaya pengobatan Rp 50 juta.

Komplikasi

Sayangnya, sebagian pasien terlambat didiagnosis menderita kawasaki. Najib yang beberapa kali terlibat dalam penelitian tentang kawasaki secara internasional menyatakan, kawasaki bisa merusak pembuluh arteri jantung bila ”waktu emas” penanganannya terlampaui.

Penyakit itu menyebabkan peradangan pada pembuluh arteri jantung. Peradangan membuat arteri jantung membengkak. Semakin terlambat ditangani, pembengkakan semakin besar dan dinding pembuluh semakin tipis. Menurut Najib, pada 20-40 persen kasus yang tidak diobati atau terlambat diobati terjadi komplikasi jantung.

Pembengkakan arteri jantung menyebabkan aliran darah tidak lancar karena darah mengalami turbulensi. Turbulensi di arteri yang rusak kalau dibiarkan menyebabkan pembekuan darah sehingga menyumbat aliran darah ke jantung. Lebih lanjut, karena tak mendapat pasokan oksigen dari darah, otot jantung rusak.

Arteri yang bengkak bisa menyempit kembali secara alamiah. Namun, kadang-kadang arteri jantung justru menyempit. Untuk melancarkan aliran darah, penderita kawasaki dengan pelebaran koroner yang berat harus meminum obat pengencer darah, seperti aspirin, seumur hidup.

Anak yang pembuluh darah jantungnya rusak harus benar-benar menjaga kondisi tubuhnya. Setiap tahun pembuluh arterinya diamati melalui kateterisasi jantung.

Mewaspadai Gejala Penyakit Kawasaki

Apakah anak Balita Anda terjangkit penyakit Kawasaki? Waspadalah. Para orang tua diimbau untuk mewaspadai penyakit kawasaki yang pada umumnya diderita oleh anak-anak pada anak usia empat tahun.

Wakil Ketua Ikatan dokter Indonesia (IDI) Medan, Delyuzar Haris, di Medan, Selasa, mengatakan, penyakit Kawasaki yang masih tergolong baru ini pada umumnya hanya ditemukan pada anak balita. Berdasarkan literatur, sekitar 80 persen penyakit ini ditemukan pada anak dibawah usia empat tahun dan diatas tiga bulan. Penyakit ini sangat jarang ditemukan pada anak di bawah usia tiga bulan dan di atas delapan tahun.

Diperkirakan anak di bawah usai tiga bulan sangat jarang terkena, penyakit ini karena si anak masih mendapat kekebalan tubuh yang cukup baik akibat ASI yang dikonsumsinya dari sang ibu. Penyebab utama Kawasaki belum diketahui secara pasti, namun ada indikasi pemicunya adalah gangguan system kekebalan tubuh yang didahului terjadinya infeksi.

Suhu tubuh si penderita Kawasaki bisa meningkat hingga 39 derajat dan tidak mengalami penurunan suhu hingga 5 hari. Menurut dia, sulit untuk mendeteksi atau memastikan gejala penyakit ini jika hanya didasarkan pada demam yang timbul, sebab kebanyakan demam memang selalu menyertakan suhu yang meningkat dalam tubuh karena terjadi infeksi.

“Makanya orangtua jangan terkecoh, mungkin saja mereka mengira hanya demam biasa. Untuk itu sebaiknya agar diketahui secara pasti, sebaiknya anak cepat dibawa kedokter jika sudah menderita demam dalam beberapa hari,” katanya.

Ciri-ciri penyakit ini hampir sama dengan gejala demam berdarah yakni demam tinggi sampai  berhari-hari. Bahkan sering juga disertai dengan bercak merah mirip campak. Secara umum penyakit ini dapat diketahui dengan ciri-ciri Demam tinggi mendadak, tidak respon dengan antibiotika, dapat berlangsung 1-2 minggu bahkan bisa 4-5 minggu.

“Jangan sampai terlambat segera periksakan ke dokter jika keluarga anda ada yang menderita gejala-gejala semacam ini, sebab jika terlambat terdiagnosis dapat menyerang pembuluh darah jantung dan memicu penyakit jantung koroner di usia muda,” katanya tanpa merinci seberapa banyak jumlah kasus penyakit itu yang sudah terjadi.

(kompas.com)

Tinggalkan komentar